Catatan Ringan

GURU BERPRESTASI ATAU GURU BERPRESTISE

Ini cerita tentang saudara saya,
Saya adalah tiga bersaudara dengan memiliki seorang adek perempuan dan kakak laki-laki. Kami hidup dari keluarga besar, namun anehnya tidak ada satupun saudara-saudara saya (bahkan dari keluarga besar) yang dapat masuk S1 perguruan tinggi negeri dengan jalur tes. Suatu waktu di tahun 2005 giliran adek saya yang baru lulus SMA hendak mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Saya beri tantangan kepadanya jika bisa masuk perguruan tinggi negeri nanti ada hadiah HP kamera (dulu belum ada HP android, jangankan smartphone lha HP China aja belum nongol), jadi HP kamera waktu itu sudah seperti barang mewah meski kamera masih VGA. Setelah sekitar satu bulan menunggu hasil ujian kami beramai-ramai mencari koran untuk melihat pengumuman penerimaan mahamurid baru perguruan tinggi negeri dan muncullah nomer ujian adek saya diterima di UNS Solo meski waktu itu saya masih tidak percaya (soalnya harus ngasih HP kamera), tapi lebih dari itu, tercatatlah sebuah prestasi tersendiri bagi adek saya di keluarga besar karena dialah satu-satunya yang dapat masuk S1 perguruan tinggi negeri melalui jalur tes.

Namun jika dilihat dari budaya lulusan SMA yang kebetulan dari kakak saya, lalu saya, sampai adek saya satu SMA yang sama, masuk perguruan tinggi negeri bukanlah hal yang luar biasa karena kebanyakan lulusannya diterima di perguruan tinggi negeri, nah….disini hanya kebetulan saya dan kakak saya saja yang belum diterima di S1 perguruan tinggi negeri lewat jalur tes waktu itu.

Dari cerita tersebut di atas dapat digambarkan bahwa, diterimanya adek saya di S1 UNS Solo lewat jalur tes jika dilihat dari kacamata keluarga besar saya adalah sebuah prestasi karena dialah satu-satunya yang dapat masuk kampus favorit lewat jalur tes, akan tetapi jika dilihat dari kacamata lulusan SMA yang nampak biasa saja bisa dikatakan hanyalah prestasi bukan prestise. (karena hampir sebagian besar lulusan SMA kami diterima di perguruan tinggi favorit).

Ilustrasi diatas hanyalah sekedar untuk menggambarkan perbedaan prestasi dan prestise. Mengutip dari tulisan Kang Baban Sarbana, Prestasi adalah pemanfaatan secara optimal kemampuan kita untuk melebihi rata-rata. Prestise berhubungan dengan segala sesuatu yang menjadi hebat karena biasanya orang memandang seperti itu. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai sedangkan prestise adalah wibawa yang berkaitan dengan prestasi dan kemampuan.

Dari gambaran tersebut, biasanya prestise muncul setelah prestasi. Mudah saja menggambarkannya, anda mendapat piagam penghargaan setelah anda memenangkan sebuah kejuaraan, seorang caleg memperoleh kursi dewan setelah memenangkan pemilu di daerahnya masing-masing.

Jika kita punya prestasi, maka kita punya prestise. Jadi jangan salah kaprah dengan mengedepankan prestise dibanding prestasi. Ibarat pohon, maka prestasi itu buah dan prestise itu harga buahnya. Jika kualitas buahnya bagus maka harganya pasti tinggi, akan tetapi jika kualitas buahnya buruk maka harganya pasti akan jatuh. Jadi kita nggak bisa menentukan harga kalau kita belum lihat buah dan kondisinya bukan?

Seorang guru yang dituntut adalah prestasinya, bukan prestisenya. Seorang guru yang berprestasi tentunya akan selalu ditunggu karya-karya inovatif dan kreatif dalam bidang pendidikan. Guru yang telah bersertifikat tentunya sangat diharapkan dapat berprestasi dalam mengantarkan anak didiknya meraih impian bukan motor atau mobil baru yang dikendarainya setelah bersertifikat.

Prestasi dan prestise seolah-olah bagaikan diri kita dengan bayangan kita. Dimana ada kita pasti disitu ada bayangan kita. Setiap atlet selalu akan berjuang untuk mendapatkan prestasi karena dengan mendapat prestasi maka prestisenya meningkat. Nah….kalau anda sebagai seorang guru mau mengangkat prestise anda maka yang pertama dan paling utama yang harus anda lakukan adalah membuat prestasi. Jangan motor atau mobilnya yang baru tapi tidak berprestasi sama sekali meski sudah sertifikasi.

Coba anda hitung penelitian-penelitian tindakan kelas yang sudah atau pernah anda buat. Lalu sejauh mana peran anda terhadap perubahan perilaku murid terhadap tanggungjawab belajar dan peningkatan prestasinya. Minimal anda bisa menilai dari beberapa hal tersebut untuk mengetahui anda adalah seorang guru yang berprestasi ataupun tidak.

Sekarang coba anda ingat-ingat, kira-kira penghargaan apa saja yang pernah anda raih sejak anda kecil sampai sekarang ini, juara I balap karung tingkat propinsi misalkan, atau juara I cerdas cermat tingkat SD, atau apalah pasti semua penghargaan itu ada hubungannya dengan prestasi yang anda raih

Jadi, jangan pernah berpikiranda bisa mendapat prestise dan penghargaan dari orang lain kalau anda belum mempunyai prestasi!