
Suramnya Masa Depan Pendidikan di Indonesia: Dampak dari efisiensi Anggaran Negara (Belajar dari Jepang Pasca-Bom Atom)
Pendidikan adalah kunci utama dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas pendidikan yang baik mampu mencetak generasi yang kompeten, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Namun, di Indonesia, masa depan pendidikan kini menghadapi tantangan besar, terutama dengan adanya kebijakan efisiensi anggaran negara yang turut mengurangi alokasi dana untuk sektor pendidikan. Kebijakan ini berdampak buruk pada kualitas pendidikan dan akses yang tidak merata, terutama di daerah-daerah terpencil.
Namun, untuk memahami lebih dalam mengenai dampak kebijakan ini, kita bisa melihat sebuah contoh yang sangat kontras namun memberikan pelajaran berharga: Jepang setelah peristiwa Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada saat itu, Jepang mengalami kehancuran total. Infrastruktur hancur, ekonomi runtuh, dan ribuan jiwa melayang. Namun, dari kehancuran itulah Jepang bangkit dan berhasil menjadi salah satu negara maju yang paling dihormati di dunia. Salah satu kunci kebangkitan Jepang pasca-perang adalah keputusan cerdas Kaisar Hirohito untuk berinvestasi besar-besaran dalam sektor pendidikan.
Pada tahun 1945, ketika Jepang berada di ambang kehancuran total, pendidikan menjadi salah satu sektor yang justru diprioritaskan dalam proses rekonstruksi. Jepang memahami bahwa untuk membangun kembali negara yang hancur, mereka memerlukan generasi muda yang terdidik dan terampil. Investasi besar-besaran dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, pembangunan fasilitas pendidikan, pelatihan guru, dan penerapan kurikulum yang lebih modern. Pada saat banyak negara lain, terutama negara yang terlibat dalam Perang Dunia II, mengalihkan anggaran mereka untuk militer dan pemulihan ekonomi, Jepang memilih untuk mengutamakan pendidikan.
Keputusan ini ternyata sangat tepat. Dalam beberapa dekade, Jepang berhasil mengubah nasibnya. Pendidikan yang solid telah menghasilkan tenaga kerja yang terampil, inovatif, dan siap menghadapi tantangan global. Teknologi berkembang pesat, dan ekonomi Jepang pun meroket menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Namun, kisah sukses Jepang ini berbanding terbalik dengan situasi yang sedang dihadapi Indonesia. Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan di Indonesia, terutama dalam sektor pendidikan, seakan mengabaikan pelajaran penting dari sejarah. Pemerintah Indonesia, meski menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan sosial, tampaknya lebih memilih untuk mengurangi alokasi dana untuk pendidikan dengan dalih efisiensi anggaran. Padahal, seperti yang terlihat pada kasus Jepang, investasi di bidang pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan hasil luar biasa bagi masa depan bangsa.
Di Indonesia, pemotongan anggaran pendidikan seringkali menghambat akses terhadap pendidikan yang berkualitas, terutama di daerah-daerah terpencil. Keterbatasan fasilitas, buku, teknologi, serta rendahnya kesejahteraan guru semakin memperburuk kualitas pendidikan yang sudah terbilang rendah. Tanpa adanya anggaran yang memadai, sulit untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan menjadikannya relevan dengan perkembangan zaman. Selain itu, ketimpangan akses pendidikan antara daerah kaya dan miskin semakin melebar, memperburuk ketidaksetaraan sosial.
Jika Indonesia ingin mengikuti jejak Jepang dalam membangun kembali negara melalui pendidikan, maka sudah saatnya untuk menyadari pentingnya sektor ini dalam perencanaan anggaran negara. Pendidikan harus diprioritaskan, bukan hanya sebagai sektor yang menerima alokasi dana, tetapi sebagai sektor yang mendapatkan investasi serius untuk membangun generasi yang terampil, kompetitif, dan siap menghadapi tantangan global.
Masa depan pendidikan di Indonesia memang terlihat suram jika kebijakan efisiensi anggaran terus dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya. Namun, dengan melihat kisah kebangkitan Jepang pasca-perang, kita bisa belajar bahwa meskipun dalam keadaan terpuruk, negara yang berani berinvestasi pada pendidikan akan mampu bangkit dan maju.
Pendidikan adalah fondasi utama untuk mencetak generasi yang mampu membawa perubahan positif bagi negara. Untuk itu, Indonesia harus segera berkomitmen untuk menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama dalam anggaran negara, agar tidak terjebak dalam lingkaran kemiskinan intelektual dan ekonomi di masa depan.
Oleh: Mahar Alamsyah Santosa (Kepala MI AL AMIN Sinongko Gedong Karanganyar)

