Catatan Ringan

Tantangan Dunia Pendidikan dalam Memperbaiki Adab dan Akhlak Siswa di Tahun 2025

Pada tahun 2025, dunia pendidikan berada di persimpangan jalan, di mana tantangan-tantangan baru terus bermunculan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh dunia pendidikan adalah bagaimana mengembalikan fokus pada pembentukan adab dan akhlak siswa, di tengah gempuran teknologi dan budaya global yang sering kali mengaburkan nilai-nilai tradisional. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, dunia pendidikan harus menemukan cara untuk mendidik siswa tidak hanya dalam hal pengetahuan akademik, tetapi juga dalam hal pembentukan karakter yang baik dan bermoral. Mengingat pentingnya adab dan akhlak dalam membentuk generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur, tantangan ini menjadi semakin kompleks dan memerlukan solusi yang kreatif dan visioner.

Salah satu tantangan terbesar dalam memperbaiki adab dan akhlak siswa adalah pengaruh teknologi dan media sosial. Di tahun 2025, hampir setiap siswa memiliki akses ke perangkat digital yang memungkinkan mereka untuk terhubung dengan dunia luar. Meskipun teknologi memberikan banyak manfaat dalam hal akses informasi, namun ia juga membuka pintu bagi paparan konten negatif yang bisa memengaruhi moral dan perilaku siswa.

Media sosial, misalnya, sering kali menjadi arena di mana norma sosial yang tidak sehat berkembang. Bullying online, penyebaran hoaks, dan perilaku negatif lainnya lebih mudah dilakukan dan lebih sulit untuk diawasi. Hal ini menyebabkan degradasi nilai-nilai adab dan akhlak, karena siswa lebih terfokus pada pencitraan diri daripada pada nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam. Oleh karena itu, pendidikan harus mencakup pelatihan kecakapan digital yang tidak hanya mengajarkan penggunaan teknologi secara produktif, tetapi juga bagaimana bersikap etis dan bertanggung jawab dalam dunia maya.

Di banyak sekolah, ada kecenderungan untuk lebih mengutamakan pencapaian akademis daripada pembentukan karakter. Ujian dan nilai ujian menjadi ukuran utama keberhasilan siswa, sementara pendidikan karakter sering kali dianggap sebagai tambahan atau sekadar program sampingan. Hal ini berisiko melahirkan siswa yang cerdas secara akademis, namun kurang peka terhadap nilai-nilai moral dan etika.

Tantangan besar di tahun 2025 adalah menciptakan kurikulum yang seimbang, yang tidak hanya mengukur kecerdasan intelektual, tetapi juga memperhatikan perkembangan karakter dan adab siswa. Peran pendidik sebagai teladan moral dan pembimbing karakter menjadi semakin penting. Di samping itu, penting untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan karakter, agar siswa mendapatkan nilai-nilai yang konsisten di rumah, sekolah, dan lingkungan sosial mereka.

Globalisasi juga memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan dalam mengajarkan adab dan akhlak. Siswa dihadapkan pada beragam budaya dan nilai-nilai yang berbeda, yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai lokal atau agama. Perbedaan ini dapat menimbulkan kebingungan identitas di kalangan siswa, dan dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam hubungan antar individu, tidak jarang pula muncul gejala egosentris dalam komunitas sosialnya

Namun, tantangan ini juga bisa menjadi peluang. Pendidikan dapat mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan sambil tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang menjadi landasan moral mereka. Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan global yang berorientasi pada kedamaian, saling menghormati, dan kerjasama antarbudaya, namun tetap mempertahankan esensi dari karakter dan nilai-nilai lokal yang mendalam.

Dalam menghadapi tantangan ini, pendidikan di tahun 2025 harus mampu menciptakan ruang bagi pembelajaran yang mengedepankan empati. Empati adalah kunci untuk membangun adab dan akhlak yang baik, karena dengan empati, siswa dapat merasakan dan memahami perasaan orang lain, yang pada gilirannya mengarah pada perilaku yang lebih baik dan penuh kasih sayang. Pendidikan yang berfokus pada pembelajaran sosial dan emosional (SEL) dapat membantu siswa untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan orang lain, mengelola emosi, serta berinteraksi dengan cara yang lebih positif.

Meskipun teknologi sering kali dianggap sebagai musuh dalam pembentukan adab dan akhlak, sebenarnya teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan karakter. Misalnya, aplikasi dan platform pembelajaran digital yang dapat mengajarkan nilai-nilai moral melalui permainan interaktif, cerita, atau video edukatif. Teknologi juga dapat digunakan untuk memfasilitasi diskusi dan refleksi tentang isu-isu moral, sehingga siswa dapat merenung dan membahas cara-cara yang baik untuk bertindak dalam situasi kehidupan nyata.

Memperbaiki adab dan akhlak siswa di tahun 2025 merupakan tantangan yang besar, tetapi juga kesempatan emas untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas dalam pengetahuan akademis, tetapi juga tanggap terhadap nilai-nilai moral yang baik. Untuk itu, pendidikan perlu bersinergi dengan orang tua, masyarakat, dan teknologi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan karakter siswa. Dengan pendekatan yang kreatif dan visioner, dunia pendidikan dapat menghadapi tantangan ini dengan penuh optimisme, dan pada akhirnya menciptakan individu yang tidak hanya sukses secara akademis, tetapi juga memiliki adab dan akhlak yang mulia, yang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan dunia.

oleh: Mahar Alamsyah Santosa (Kepala MI AL AMIN Sinongko Gedong Karanganyar)

Komentar Dinonaktifkan pada Tantangan Dunia Pendidikan dalam Memperbaiki Adab dan Akhlak Siswa di Tahun 2025