Catatan Ringan

Pembelajaran Dalam HOROR Pandemi Covid-19

Microsob.com – Tahun 2019 adalah awal mula munculnya Covid 19 yang sampai sekarang entah kapan dapat di atasinya. Ketakutan demi ketakutan semakin hari semakin menurunkan imunitas seseorang. Berita-berita tentang Covid 19 ini memang luar biasa, antara berita yang benar dan berita yang hoax pun jadi tidak ada bedanya.

Banyak yang mengatakan virus ini hoax atau apalah, tapi kenyataannya seluruh lapisan masyrakat dan seluruh sektor lapisan terkena imbasnya, ekonomi semakin murat marit banyak rakyat yang semakin menjerit. Toko, pasar, mall, warung kecilpun ditutup.

Termasuk juga bidang pendidikan yang sangat terasa imbas dari pandemi Covid 19 ini. Tahun 2020 ketika sistem pendidikan belum siap dengan segala skenarionya menjadi pembelajaran dan pendidikan semakin kelabakan. Banyak guru yang dipaksa terampil tanpa adanya pelatihan yang memadai terkait bagaimana pembelajaran yang harus dilaksanakan.

Semua menggunakan instruksi-instruksi atasan kedinasan yang seolah olah tak boleh dibantah dan harus dilaksanakan, namun sekali lagi karena sebagian besar guru itu tidak memiliki keahlian yang mumpuni dalam mengajar atau dalam pembelajaran, maka yang terjadi adalah…tebak sendiri…

Dimulailah pembelajaran dengan model online. Semua guru wajib menggunakan atau membuat video pembelajaran yang disampaikan ke murid muridnya.

Bro…sadar bro…guru kita itu bukan pemain film atau pemain sinetron yang dengan luwesnya bisa bergaya di depan kamera. Membuat satu video pembelajaran saja banyak guru yang bingung caranya gimana, belum lagi ketika harus di depan kamera, baru menggunakan kamera HP saja itu banyak guru yang grogi.

Anggaplah selesai satu video pembelajaran, lalu harus upload ke Youtube, gantian muncul masalah di wali murid. Jangan bicarakan sekolah-sekolah yang sudah maju dan berbiaya mahal dimana wali murid siap menyediakan HP khusus untuk anak-anaknya belajar, bahkan laptop siap dibelikan untuk anak anak mereka, tapi mari kita bicara tentang sekolah sekolah yang di daerah, sekolah yang wali muridnya menyekolahkan anak anaknya dengan perjuangan yang luar biasa, jangankan menyediakan HP khusus, menyediakan makanan untuk mereka besok saja masih bingung, belum lagi soal Kuota dan Sinyal yang semakin mempersulit pelaksanaan proses pembelajaran.

Sektor pendidikan salah satu sektor yang sangat terdampak. Dan ini harus dicarikan solusi dengan baik sebelum terlambat.

Sudah hampir 2 tahun pendidikan kita berjalan tanpa tatap muka. Pembelajaran yang ideal tentu dengan tatap muka sebagaimana pembelajaran normal sebelum munculnya pandemi Covid 19. Target pembelajaran jelas terlihat, anak-anak yang perlu penanganan khusus atau masih tertinggal bisa segera diberi waktu khusus supaya mampu mengejar ketertinggalannya.

Pembelajaran dengan daring atau luring, maka anak yang belum bisa apa apa bisa jadi nilainya sama dengan anak yang sudah faham materi, kenapa bisa terjadi, (maaf) peran orang tua yang mungkin tidak mau anaknya terlihat sangat tertinggal menjadi dinamika tersendiri dalam proses pembelajaran ini. Lalu apa yang terjadi? yang terjadi adalah Pembodohan Pembelajaran.

Sampai saat ini kita tidak mengetahui kapan sekolah diperbolehkan pembelajaran tatap muka.

Perlu peran bersama dalam menjaga kondisi. Tidak perlu berdebat lagi tentang Covid19. Yang perlu kita laksanakan cukup betul-betul dijaga PROKESnya.

Ada usulan sekolah yang mau pembelajaran tatap muka sebenarnya bisa saja selama mampu menjaga PROKES dengan sebaik-baiknya. Jumlah murid yang masuk diatur dengan penjadwalan masuk yang berbeda, jarak tempat duduk juga diperhatikan, pemakaian masker dan ketersediaan handsanitizer tentu wajib, waktu pembelajaran mungkin bisa dibatasi atau dikurangi, ditambah lagi aturan larangan kehadiran bagi siswa yang sakit atau berasal dari daerah yang lingkungan banyak yang sakit atau ada keluarga yang tinggal satu rumah yang sakit, dan mungkin aturan-aturan tambahan lainnya.

Semakin lama anak-anak belajar dirumah, maka akan menambah permasalahan baru. Orang tua semakin stress karena keterbatasan waktu dan kemampuan mereka dalam mendampingi belajar anak-anak mereka selain masalah pekerjaan yang membuat mereka juga menambah tensi.

Jangan sampai pembelajaran ini justru menjadi Pembodohan Pembelajaran atau bahkan melahirkan pembodohan System Pembelajaran.

Oleh : Mas

415 Komentar

Tinggalkan Balasan