Dampak Negatif Kurikulum Merdeka Pada Dunia Pendidikan Di Indonesia
Kurikulum Merdeka di Indonesia dirancang untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran.
Pada awalnya Kurikulum Merdeka digadang gadang bisa menjadi solusi bagi pendidikan di Indonesia setelah hantaman wabah Covid19, namun ternyata ada beberapa dampak negatif yang mungkin muncul dari penerapannya, mengingat penerapan kurikulum yang langsung diterapkan di seluruh daerah di Indonesia.
Baca Juga : Tantangan Sekolah Berprestasi dalam Sistem Zonasi di Indonesia
Dampak negatif yang muncul antara lain:
- Ketidaksiapan Sumber Daya Manusia: Banyak guru mungkin belum siap atau tidak terlatih dengan baik untuk menerapkan kurikulum baru. Hal ini dapat mengakibatkan pengajaran yang tidak konsisten dan kurang efektif.
- Kesenjangan Pendidikan: Penerapan kurikulum ini bisa memperbesar kesenjangan antara sekolah di daerah perkotaan dan pedesaan. Sekolah yang memiliki akses lebih baik ke sumber daya dan pelatihan cenderung lebih sukses dalam implementasi, sementara sekolah yang kurang beruntung mungkin tertinggal.
- Beban Administratif: Meskipun kurikulum ini dirancang untuk lebih fleksibel, guru dan sekolah mungkin menghadapi beban administratif yang lebih tinggi dalam mengadaptasi dan merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Akibatnya guru menjadi lebih sibuk dengan segala administrasi dibandingkan dengan terlibat dalam proses pembelajaran.
- Kurangnya Standarisasi: Dengan adanya kebebasan dalam kurikulum, mungkin terjadi variasi yang terlalu besar dalam kualitas pendidikan antar sekolah, yang dapat menyulitkan evaluasi dan akreditasi. Bisa jadi semua sumber belajar yang diambil dianggap bagus dan sesuai meski bertentangan dengan moral dan meninggalkan nilai nilai sosial di masyarakat.
- Resistensi terhadap Perubahan: Beberapa pihak, termasuk guru, siswa, dan orang tua, mungkin resistif terhadap perubahan ini, sehingga menghambat penerapan kurikulum yang efektif. melakukan pembandingan dengan kurikulum yang sebelumnya akan sering dilakukan, apalagi penerapan kurikulum merdeka terkesan dipaksakan meski seluruh insrumen pendidikan belum siap.
- Penekanan pada Keterampilan Praktis: Meskipun kurikulum merdeka menekankan pengembangan keterampilan, ada risiko bahwa penguasaan materi dasar menjadi terabaikan, yang penting untuk pondasi pendidikan yang kuat.
- Keterbatasan Evaluasi: Metode penilaian yang baru mungkin belum sepenuhnya teruji, sehingga sulit untuk mengukur efektivitas kurikulum dalam jangka panjang.
Dengan mempertimbangkan dampak-dampak ini, kiranya penting untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam penerapan Kurikulum Merdeka agar dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pendidikan di Indonesia.
Oleh : Mahar Alamsyah Santosa (Kepala MI AL AMIN Sinongko Gedong Karangayar)