Catatan Ringan

Pentingnya Mengembangkan Kurikulum Pendidikan yang Menitikberatkan Keseimbangan antara Kebutuhan Dasar Pendidikan dan Pembenahan Moral Akhlak Budi Pekerti Siswa: Studi Kasus Kata-Kata Kasar Gus Miftah kepada Penjual Es Teh

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membentuk karakter dan masa depan suatu bangsa. Sebagai landasan dalam membentuk individu yang berkualitas, kurikulum pendidikan harus mampu mengakomodasi dua aspek yang sangat penting: pencapaian kompetensi akademik dan pembentukan moral serta akhlak siswa. Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan kurikulum yang menyeimbangkan antara pelajaran yang fokus pada kebutuhan dasar pendidikan dengan pengembangan karakter, budi pekerti, serta akhlak. Salah satu contoh relevansi pentingnya kurikulum yang berfokus pada keseimbangan ini dapat dilihat melalui peristiwa yang melibatkan Gus Miftah, seorang ulama yang dikenal luas. Dalam sebuah kejadian yang cukup menarik perhatian, Gus Miftah menggunakan kata-kata kasar kepada seorang penjual es teh. Studi kasus ini mengundang perhatian banyak pihak mengenai bagaimana seseorang yang memiliki kedalaman ilmu dan pemahaman agama dapat juga melakukan tindakan yang kurang mencerminkan akhlak yang baik. Dari peristiwa ini, kita dapat menarik pelajaran penting tentang pentingnya pendidikan moral dan akhlak yang harus diajarkan sejak dini melalui kurikulum pendidikan.

Baca Juga : Guru dan Tantangan dalam Mendampingi Disiplin Murid: Hilangnya Rasa Hormat dan Kasus Kriminalisasi

Kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini masih cenderung berfokus pada pencapaian kompetensi akademik, seperti matematika, bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan sosial. Meskipun hal ini penting untuk membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan dasar, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan moral dan akhlak juga sangat krusial dalam pembentukan pribadi yang seimbang. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan yang ideal harus mencakup kedua aspek ini: pengetahuan dasar yang berguna dalam kehidupan profesional, serta pembentukan karakter yang mendalam dan berbudi pekerti.

Pengembangan kurikulum yang seimbang antara pendidikan akademik dan moral dapat menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan baik dalam masyarakat. Sebagai contoh, mata pelajaran yang mengajarkan etika, budi pekerti, dan pendidikan karakter harus menjadi bagian integral dari kurikulum. Dengan demikian, siswa tidak hanya akan diajarkan untuk menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk berperilaku dengan baik, menghormati orang lain, serta memiliki empati dalam bertindak.

Baca Juga : Guru Tetap Dituntut Harus Terus Belajar

Gus Miftah adalah seorang ulama yang dikenal dengan pendekatannya yang tegas dan cerdas dalam berdakwah. Meskipun terkenal karena ceramahnya yang penuh kebijaksanaan dan humor, baru-baru ini, Gus Miftah mendapat sorotan ketika ia menggunakan kata-kata kasar kepada seorang penjual es teh. Dalam video yang beredar, Gus Miftah melontarkan perkataan yang tidak pantas kepada penjual tersebut, yang memicu berbagai reaksi di masyarakat. Banyak orang yang terkejut, mengingat sosok Gus Miftah dikenal sebagai panutan dalam hal akhlak dan moralitas.

Peristiwa ini menyadarkan kita akan pentingnya kesadaran diri dalam setiap tindakan, terlebih bagi seseorang yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. Gus Miftah, sebagai figur yang sering mengajarkan nilai-nilai kesabaran, kasih sayang, dan keteladanan dalam berakhlak, tentu saja memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam menjaga perkataannya. Meskipun ia memiliki alasan pribadi di balik tindakan tersebut, kejadian ini memperlihatkan bahwa dalam konteks pendidikan moral, kita perlu memperhatikan bagaimana kata-kata dan tindakan kita dapat memengaruhi orang lain, terutama di mata generasi muda yang mungkin menjadikannya sebagai contoh.

Baca Juga : Kurang Fokusnya Kurikulum Pendidikan di Indonesia Terkait Kebutuhan Dunia Kerja

Dari peristiwa yang melibatkan Gus Miftah tersebut, kita dapat melihat betapa pentingnya untuk mengintegrasikan pendidikan moral dan akhlak dalam kurikulum. Sebagai tokoh agama, Gus Miftah seharusnya menjadi contoh yang lebih baik dalam menjaga ucapan dan tindakan, terlebih dalam situasi yang melibatkan orang yang lebih rendah status sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat, pembinaan moral dan penguatan karakter tetap perlu dilakukan secara terus-menerus.

Pendidikan moral dan akhlak di sekolah dapat membantu siswa memahami pentingnya bersikap bijaksana dalam menghadapi situasi yang menantang. Siswa akan belajar bagaimana mengendalikan emosi, berbicara dengan penuh hormat, serta menghargai orang lain, tidak peduli latar belakang atau status sosial mereka. Oleh karena itu, pendidikan akhlak yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan menjadi sangat penting untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan kedalaman moral.

Pendidikan yang seimbang antara pencapaian akademik dan pembentukan karakter sangat penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik. Peristiwa yang melibatkan Gus Miftah dengan kata-kata kasarnya kepada penjual es teh memberikan kita pelajaran bahwa meskipun seseorang memiliki pendidikan agama yang tinggi, penting untuk terus mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, kurikulum pendidikan yang memadukan pendidikan dasar dengan pendidikan moral akan membekali siswa dengan keterampilan hidup yang lebih komprehensif, sehingga mereka dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Oleh : Mahar Alamsyah Santosa (Kepala MI AL AMIN Sinongko Gedong Karanganyar)